Banda Aceh_Peringatan hardikda ke
63 pada tanggal 2 septermber 2022, semua sekolah di kota Banda Aceh turut
memperingati HARDIKDA, tak terkecuali dengan SDN 16 kota Banda Aceh. Acara yang
berlangsung meriah di halaman sekolah. Peringatan tahun ini SD Negeri
16 kota Banda Aceh mengusung tema “Budaya droe beu get ta lumueng, Bek ta glueng-glueng
budaya lua”.
Berbeda dari tahun sebelumnya,
pada tahun ini kepala sekolah, guru dan staff menggunakan pakaian yang
bernuansa Aceh Serta memperkenalkan makanan khas Aceh (Peunajoh Aceh) dan
tarian-tarian Aceh. Bertujuan untuk menggalakkan kembali Budaya Aceh sekaligus
mendukung Program SEUDATI (Sehari Berbudaya Pasti Aceh) karena tanpa kita sadari seiring waktu berjalan adat/
budaya kita akan terkikis dan bahkan hilang, kemajuan teknologi saat ini mampu
mengalahkan semuanya, anak-anak lebih suka meniru dan mengikuti segala sesuatu
di media sosial di bandingkan adat istiadat sendiri.
Perayaan Hardikda menampilankan Tarian Ranup Lampuan dan Rateb Meusekat yang di bawakan apik oleh siswi SD Negeri 16 yang tergabung dalam Sanggar Cut Meutia SDN 16, anak-anak tampak senag dan menikmati sekali. Tidak kalah menariknya dalam Peringatan Hardikda kali ini Kepsek, Dewan guru, Staff serta murid semuanya berbahasa Aceh, mandum na meuphom Bahasa aceh? Jeut peugah haba lam Bahasa Aceh (Bisa berbahasa Aceh semua) tanya ibu Sarniyati Yusmanita S.Pd, M.Pd langsung di jawab jeut oleh seluruh siswa/I dan ditambah tepukan yang gemuruh…, hal ini dilakukan supaya semuanya terbiasa berkomunikasi dalam Bahasa Aceh. Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah dan Kuasai Bahasa Asing. Tegasnya
Ibu kepala sekolah juga ikut merasakan makanan khas Aceh (Peunajoh Aceh) yang di bawa oleh siswa. kiban bu rasa timphan nyo??? Tanya pembawa Acara Mangat that, nyoe timphan makanan khas tanyoe ureng aceh karena timphan adalah menu hidangan utama buat tamu yang berkunjung ke rumah saat lebaran, dan perayaan hari-hari besar Islam dan juga di temui dalam jamuan pesta. Timphan merupakan makanan yang terbuat dari tepung ketan yang berbalut daun pisang muda dan yang paling terkenal adalah Timphan Sri Kaya (Asoe Kaya) ujar nya kembali. Dan tak lupa pula ibu Sarniyati membacakan sebuah pantu aceh.
"
Disambut tepukan yang gemuruh
oleh seluruh siswa/I SD Negeri 16 yang berkumpul di halaman sekolah.
Juga tidak lupa ibu Sri Darwina
Hanum, S.Pd selaku wakil kepala sekolah
merasakan makanan khas Aceh, Halua Breuh..sambil menunjukkan makanan tersebut
kepada siswa, Halua Breuh nyoe adalah masakan khas dari Aceh Utara, makanan
yang bertekstur kasar terbuat dari beras ketan yang di tumbuk kasar rasanya
manis legit gurih dan enak ujar nya
Seudati rapai saman, Ranup lampuan serunee kalee, Mulai uroe nyoe jak ta galakkan, SEUDATI ta canang budaya ta pike
Tanyoe bek tuwoe keu makanan droe
(kita jangan melupakan makanan khas sendiri) himbuhnya.
Tidak mau kalah dengan ibu kepala
sekolah juga bu wina saapan beliau juga ikut membawakan sebuah pantun Aceh
“Ulon preih rhet blang ngon Tubee Meu on, Ulon Preih rhet gampong lason u muda, Treep tan meu ulang ka meu bileung thon. Jinoe ta peu phon uroe budaya”
Tepukan meriah oleh seluruh siswa/I dan guru tampak begitu senang melihat acara hari ini yang kental dengan nuansa Aceh. Dan tidak ketinggalan Fajri S.Pd (Guru PJOK) ikut menikmati BHOI, Bhoi ini hampir sama dengan bolu, Cuman ini bolu khas Aceh. Kue bhoi ini panganan khas Aceh besar bentuknya pun bervariasi dengan berbagai berbentuk seperti ikan, bintang, bunga ujar nya. Momentum Hardikda ini harus dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu Pendidikan, membentuk siswa berkarakter khususnya dalam berbudaya dan berbahasa Aceh.
Bu kulah ta bungkoh lam on, Atoe lam dalong keu jamee teuka, Dari ubet wajeb ta peu phon, Budaya ta seu on sampoe an tuha
Acara tersebut di tutup dengan
makan Bersama dengan sajian menu “KUAH TEUCRAIH” dan kerupuk mulieng rasanya
begitu nikmat dan bisa membuat lidah bergoyang. /FZH
Humas SDN 16
Leave a Reply